Rabu, 09 Juli 2014

0

Indonesia Dan Asean 2015


 http://jihandavincka.files.wordpress.com/2013/08/komunitas-asean.jpg
Bagi yang suka memperhatikan angka, 2015 tidaklah semenarik 2012. Bahkan, angka 2012 disebut angka keramat karena prediksi sebagian para futurolog (ahli ramal) adalah saat dimana Kiamat terjadi. Bahkan film dengan judul yang sama yaitu 2012 laris manis menjadi box office dunia. Sebaliknya 2015 tentunya tidak banyak yang tahu, ada apa di tahun itu dan mengapa kita mesti tahu. Ya, 2015 adalah saat dimana akan terjadi Masyarakat Komunitas ASEAN. Apa pengaruhnya bagi kita orang Indonesia? Dan apa yang harus kita siapkan menghadapi bentuk komunitas itu?
Sebagai ulasan pembuka, ASEAN sebagai organisasi regional di Asia Tenggara telah mencanangkan bahwa 2015 masyarakat ASEAN akan menjadi sebuh masyarakat tunggal dimana arus kegiatan ekonomi dan sosial akan berjalan dengan bebas. Mudahnya, orang-orang dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapore, Thailand dan negara ASEAN lainnya akan dengan mudah masuk dan mencari kerja di Indonesia. Tentu saja definisi itu sangat sempit mengingat dalam konteks komunitas tidak saja mengenai ekonomi dan sosial, tetapi lebih jauh lagi pada semua aspek kemsayarakatan.
Banyak dari kita yang belum tahu akan hal ini. Salah satunya disebabkan minimnya pemberitaan tentang ASEAN dan terbatasnya literatur atau dokumentasi yang menceritakan segala aktifitas yang dilakukan oleh ASEAN. Mengapa hal ini sampai terjadi? Jawaban sederhananya adalah karena ASEAN dikenal sebagai organisasi yang state-centric dimana semua kegiatan dilakukanmelalui mekanisme perwakilan negara. Dengan rencana diberlakukannya Masyarakat Komunitas ASEAN 2015, mau tidak mau pola state-centric harus dirubah menjadi people-centered dimana titik berat pelaku adalah masyarakat itu sendiri.
Tantangan ASEAN
Dalam usianya yang sudah lebih dari 40 tahun, ASEAN mengalami pasang surut sebagai sebuah organisasi regional. Kedigdayaan ASEAN di tahun 70 an dan 80 an tidak tebantahkan karena memang saat itu ASEAN menjadi isu seksi yang banyak diulas media. Keberhasilan Jakarta Informal Meeting (JIM) dalam membantu penyelesain konflik di Kamboja menorehkan tinta emas dalam sejarah. Namun apa yang terjadi sekarang sangat bebeda. Bahkan, ada seruan bahwa ASEAN sudah tidak lagi relevan dengan jaman atau malah sebaiknya dibubarkan saja. Di saat krisis ekonomi Asia tahun 1997, seolah ASEAN tidak bergigi untuk membantu negara-negara anggotanya yang berjuang untuk keluar dari krisis.
Hal kedua adalah munculnya fakta bahwa kerjasama antar negara ASEAN memberikan keuntungan sedikit dibanding melakukan kerjasama dengan negara lain semisal dengan Cina, Australia, Amerika dan negara-negara Eropa. Data statistik tahun 1999 mengungkap bahwa volume export intra ASEAN hanya sebesar 199.587 Milliar dollar dan bandingkan dengan volume export extra ASEAN yang mencapai 610.901 Milliar dollar (ASEAN,2010). Ini artinya bahwa melakukan kerjasama dengan pihak diluar ASEAN jauh lebih menguntungkan.
Konflik internal antar negara juga memberi beban lain yang mengganjal ASEAN. Kasus Indonesia dan Malaysia hanya segelintir dari banyak masalah yang muncul tentang perbatasan. Yang lain adalah perbutan kuil antara Thailand dan Kamboja serta rebut kepemilikan kepulaun Spratley antara Philippina dan Indonesia. Isu terorisme dan buruh migran juga sangat mempengaruhi pola hubungan dan keharmonisan ASEAN. Memang betul, setumpuk masalah ini tudak pernah bisa diselesaikan dengan tuntas.
Kesiapan Menuju 2015
Ada banyak hal yang perlu dibenahi menuju ASEAN 2015. Diantara faktor penting adalah ketiadaan kepemimpinan dan keteladanan di ASEAN. Dulu, salah satu keberhasilan ASEAN adalah karena dukungan penuh para pemimpin negara nya. Tengoklah Indonesia di jaman itu yang mempunyai Soeharto, lalu ada Mahatir di Malyasia dan Lee Kwan Yu di Singapore. Ketiga tokoh kunci ini ikut andil besar dalam merah hijaunya ASEAN. Lihat kondisi sekarang, jangankan berkiprah di ASEAN, untuk menyelsaikan masalah domestik saja, Indonesia sudah kehabisan tenaga. Setali tiga uang, demonstrasi di Malaysia yang dikenal dengan Demonstrasi Sabtu membuat negara jiran ini juga waspada akan upaya penggulingan kekuasaan. Singkatnya, negara-negara anggota ASEAN lebih banyak disibukkan dengan agenda nasional masing-masing ketimbang mengurusi ASEAN
Justru pelaku komunitas ASEAN malah diabaikan dalam hal ini. Masyarakat di negara-negara ASEAN khususnya Indonesia bisa dipastikan tidak paham apa ASEAN dan apa yang akan terjadi di tahun 2015. Mereka perlu disiapkan. Bagaimana caranya? Upaya publikasi perlu digencarkan. Jangan sampai masyarakat Indonesia justru dirugikan akan adanya 2015. Serial Seminar ASEAN seperti yang terjadi di Malang Jawa Timur pada 18 Juli 2011 juga perlu disosialisakan secara intensif dan publikasi di media massa akan isu ini sudah sepantasnya diangkat menjadi agenda penting dalam waktu dekat.
Pelaku bisnis pun perlu siap siaga karena di 2015 kompetisi tidak lagi dengan pelaku bisnis lokal tetapi sudah regional. Akan semakin banyak barang dan jasa yang melimpah ruah di pasar Indonesia. Kalau kita sudah ribut dengan CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area), maka bisa dibayangkan apabila kita juga harus berhadapan dengan produk negara ASEAN yang lain. Sekali lagi kita harus siap! Untuk itu, informasi tentang hal ini perlu ditularkan kepada pelaku bisnis yang lain sehingga ada upaya persiapan kolektif atau strategi aplikatif untuk menghadapi serbuan pasar dari negara ASEAN lain.
Pihak kampus pun perlu menata diri. Angkatan kerja yang dihasilkan harus mampu berkompetisi dengan calon pekerja dari negara asing. Fakta di lapangan, sudah banyak tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia walaupun masih sangat sedikit jumlahnya. Jangan sampai kampus menjadi University of Jobless Maker karena ketidak siapan memberikan kompetensi unggulan kepada lulusannya. Sekali lagi, kita harus siap menghadapi ASEAN 2015.

0 komentar:

Posting Komentar